Langsung ke konten utama

Asuhan Keperawatan Klien dengan Pneumonia

TUGAS
KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN
P N E U M O N I A
DOSEN PENGAMPUH :NS. Maylar Gurning ,S.Kep.,M.Kep



DiSusunOleh
KELOMPOK II

MUHAMAD YUSUF KABES
NIM.201502094A

NAMA : SICILIA F. ALFRIDA
NIM : 201502113A






YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SORONG 2017



KATA PENGANTAR

Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT. .  Berkat  limpahan  dan rahmat-Nya penyusun  mampu  menyelesaikan  tugas  makalah ini guna memenuhi tugas Mata Kuliah  “Keperawaatan Anak”.
Adapun makalah ini berjudul “Pneumonia”. Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan dari berbagai pihak, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca   demi  perbaikan  pembuatan  makalah  di  masa  yang  akan  datang.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih. Dan apabila ada kesalahan dan kata kata yang kurang berkenan, saya selaku penulis mohon maaf yang sebesar besarnya.




Sorong, 31Mei 2017
Kelompok II


Hasil gambar untuk pneumonia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Saat ini banyak sekali penyakit yang baru pada saluran pernafasan dan penyebabnya bermacam-macam, ada di sebabkan oleh virus, bakteri, dan lain sebagainya. Dengan penomena ini harus menjadi perhatian bagi kita semua. Salah satu penyakit pada saluran pernafasan adalah pneumonia. Penyakit Pneumonia sering kali diderita sebagian besar orang yang lanjut usia (lansia) dan mereka yang memiliki penyakit kronik sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh (Imun), akan tetapi Pneumonia juga bisa menyerang kaula muda yang bertubuh sehat. Saat ini didunia penyakit Pneumonia dilaporkan telah menjadi penyakit utama di kalangan kanak-kanak dan merupakan satu penyakit serius yang meragut nyawa beribu-ribu warga tua setiap tahun. (Jeremy, dkk, 2007, Hal  76-78)
Penanggulangan penyakit Pnemonia menjadi fokus kegiatan program P2ISPA (Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Program ini mengupayakan agar istilah Pnemonia lebih dikenal masyarakat, sehingga memudahkan kegiatan penyuluhan dan penyebaran informasi tentang penanggulangan Pnemonia. Program P2ISPA mengklasifikasikan penderita kedalam 2 kelompok usia: 

Usia dibawah 2 bulan (Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia) Usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun (2 bulan - Pnemonia, Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia ). Klasifikasi Bukan-pnemonia mencakup kelompok balita penderita batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Penyakit ISPA diluar pnemonia ini antara lain: batuk-pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsilitis dan otitis. Pharyngitis, tonsilitis dan otitis, tidak termasuk penyakit yang tercakup dalam program ini.
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya tinggi, tidak saja dinegara berkembang, tapi juga di negara maju seperti AS, Kanada dan negara-negara Eropah. Di AS misalnya, terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia per tahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)

Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru
Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan luman.
Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus atau mikoplasma ( bentuk peralihan antara bakteri dan virus ). Bakteri yang umum adalah streptococcus Pneumoniae, Staphylococcus Aureus, Klebsiella Sp, Pseudomonas sp,vIrus misalnya virus influensa(Jeremy, dkk, 2007, Hal  76-78) 
Dari uraian di atas, maka kelompok tertarik untuk membahas tentang ”Asuhan keperawatan pada  klien dengan Pneumonia

1.2.Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia.

1.2.2. Tujuan Khusus
      1.         Untuk mengetahui konsep dasar teoritis penyakit pneumonia
       2.       Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, dan intervensi
      3.         Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia, yang meliputi ppengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementsi, dan evaluasi.
                                                                                                        
1.3. Manfaat
1.  Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan kelompok dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia.
2.  Menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.
3.  Sebagai sumber referensi bagi pembaca mengenai Pneumonia.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Teori Pneumonia
2.1.1. Pengertian                                                                                           
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. Menurut anatomis, pneumonia pada anak dibedakan menjadi pneumonia lobaris, pneumonia interstiasialis dan  bronkopneumonia (Arif mansjoer, 2001, Hal 446 ).
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen infeksius. Pneumonia adalah penyakit infeksius yang sering mengakibatkan kematian. Pneumonia disebabkan terapi radiasi, bahan kimia dan aspirasi. Pneumonia radiasi dapat menyartai terapi radiasi untuk kanker payudara dan paru, biasanya enam minggu atau lebih setelah pengobatan sesesai. Pneoumalitiis kimiawi atau pneumonia terjadi setelah menjadi kerosin atau inhalasi gas yang mengiritasi. Jika suatu bagian substasial dari suatu lobus atau yang terkenal dengan penyakit ini disebut pneumonia lobaris (Jeremy, dkk, 2007, Hal  76-78).
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan Akut parenkim Paru yang biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut  ( ISNBA ).dengan gejala yang di sertai dengan batuk dan sesak nafas yang di sebabkan oleh gen infeksius virus,Bakteri,Mycoplasma(fungi),dan aspirasi subtansi asing,berupa radang paru-paru yang di sertai eksudasi dan konsolidasi dan dapat di lihat melalui gambaran radiiologis
( Sylvia.A.price,2016,Hal.172 ).
     


2.1.2. Klasifikasi
          Tiga klasifikasi pneumonia.
                     1.         Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
a.          Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
b.         Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial pneumonia).
c.          Pneumonia aspirasi.
d.         Pneumonia pada penderita immunocompromised.
                        (Jeremy, dkk, 2007, Hal  76-78) 
           
2.Berdasarkan bakteri penyebab:
a.                  Pneumonia Bakteri/Tipikal.
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang telah lanjut usia. Para peminum alkohol, pasien yang terkebelakang mental, pasien pascaoperasi, orang yang menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu.
Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri Pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut. Gejalanya Biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi saluran napas yang ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu). Infeksi virus pada saluran pernapasan dapat mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus (cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat terisap masuk ke dalam paru-paru (Soeparman, dkk, 1998, Hal 697).
Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza. Pneumonia Atipikal. Disebabkan mycoplasma, legionella, dan chalamydia (Soeparman, dkk, 1998, Hal 697).

b.      Pneumonia Akibat virus.
Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan dengan bakteri hemofilus influenza yang bukan penyebab penyakit influenza, tetapi bisa menyebabkan pneumonia juga). Gejalanya Gejala awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit. Terdapat panas tinggi disertai membirunya bibir. Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bakterial. Salah satu tanda terjadi superinfeksi bakterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau merah tua  (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)



4. Berdasarkan predileksi infeksi:
a.       Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
b.      Pneumonia bronkopneumonia
Pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah sukar penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah beraneka macam dan bisa terjadi infeksi yang seluruh tubuh. (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)

2.1.3. Etiologi
Penyebab Pneumonia adalah streptococus pneumonia dan haemophillus influenzae. Pada bayi dan anak kecil ditemukan staphylococcus aureus sebagai penyebab pneumonia yang berat, dan sangat profesif dengan mortalitas tinggi. (Arif mansjoer, dkk, Hal 466)
1.      Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter
2.      Virus: virus influenza, adenovirus
3.      Micoplasma pneumonia
  
2.1.4. Patofisiologi     

Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas.
Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia virus. Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah.
Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata. Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis (S. A. Price, 2005, Hal 804-814).


2.1.5 Pathway
pathway pneumonia.jpg




2.1.6. Manifestasi Klinik
Secara umum dapat di bagi menjadi:

a.       Manifestasi non spesifik infeksi dan toksisitas berupa demam (39,5 ºC sampai 40,5 ºC). , sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang keluhan gastrointestinal.
b.      Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnuea (25 – 45 kali/menit), ekspektorasi sputum, nafas cuping hidung, sesak napas, air hinger, merintih, sianosis. Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.
c.       Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bawah kedalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronki.
d.      Tanda efusi pleura atau empiema, berupa gerak ekskusi dada tertinggal di daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat di atas batas cairan, friction rup, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri bekurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku duduk / meningimus (iritasi menigen tanpa inflamasi) bila terdaat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah).
e.       Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada bayi akan menimbulkan pekak perkusi.
f.       Tanda infeksi ekstrapulmonal.
     ( Arif mansjoer, dkk, 2001, Hal  466)



2.1.7. Pemeriksaan Penunjang
                         1.     Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga menyatakan abses) luas /infiltrasi, empiema (stapilococcos), infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial), atau penyebaran/perluasan infiltrasi nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
                         2.     GDA/nadi  oksimetris : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
                         3.     Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat diambil  biosi jarum, aspirasi transtrakea, bronkoskofi fiberobtik atau biosi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebeb. Lebih dari satu organise ada : bekteri yang umum meliputi diplococcos pneumonia, stapilococcos, aures A.-hemolik strepcoccos, hemophlus influenza : CMV.  Catatan : keluar sekutum tak dapat di identifikasikan semua organisme yang ada. Kultur darah dapat menunjukan bakteremia semtara
                         4.     JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
                         5.     Pemeriksaan serologi: mis, titer virus atau legionella,aglutinin dingin. membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
                         6.     Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain. Mungkin terjadi perembesan (hipoksemia)
                         7.     Elektrolit : Natrium dan Klorida mungkin rendah
                         8.     Bilirubin : Mungkin meningkat.
                          9.     Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka : dapat menyatakan jaringan intra nuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMP ; kareteristik sel rekayasa(rubela))
(Marlyn E. Dongoes, 1999, ASKEP, Hal 164-174)
2.1.8. Penatalaksanaan
1. Oksigen 1-2 L / menit
2. IVFD (Intra Venous Fluid Drug)/ (pemberian obat melalui intra vena) dekstrose 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1, + KCL 10 mEq / 500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai dengan berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan entral bertahap melalui selang nasogastrik dengan feding drip.
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transpormukosilier.
5. Koreksi gangguan keseimbangan asam - basa dan elektrolit.
6. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
Untuk kasus pneumonia komuniti base:
-         Ampicilin 100 mg / kg BB / hari dalam 4 hari pemberian
-          Kloramfenicol 75 mg / kg BB / hari dalam 4 hari pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital base :
-          Sevotaksim 100 mg / kg BB / hari dalam 2 kali pemberian
-          Amikasim 10 - 15 mg / kg BB / hari dalam 2 kali pemberian.
( Arif mansjoer, dkk, 2001, Hal 468)

 2.1.9. Komplikasi Pneumonia
Abses kulit, abses jaringan lunak, otitis media, sinus sitis, meningitis pururental, perikarditis dan epiglotis kaang ditemukan pada infeksi H. Influenzae tipe B. (Arif mansjoer, 2001, Hal 467)

2.1.10. Pencegahan dan faktor resiko                                                          
Dengan mempunyai pengetahuan tentang faktor-faktor dan setuasi yang umumnya menjadi redispredisposisi individu terhadap pnumonia akan membantu untuk mengidentifikasi psien-pasien yang beresiko terhadap pneumonia. Tindakan preventif memberikan perawatan antisipatif dan preventif adalah tindakan perawatan yang penting(Suzanne C. Smeltzer,dkk , Hal 573).
      Setiap kondisi yang menghasilkan lendir atau obstruksi bronkial dan mengganggu draniase normal paru menahun (PPOM) meningkat kerentanan pasien terhadap pneumonia. Tindakan preventif :tingkankan batuk dan pengaluaran sekresi.
      Pasien imunosupresif dan mereka dengan jumlah neutrofi rendah (neutropeni) adalah mereka yang berisik. Tindakan preventif : lakukan tindak kewaspadaan khusus terhadap infeksi.
      IndIvidu yang merokok berisik, kerena asap rokok mengganggu baik aktifitas mukosiliari dan makrofag. Tindaka preventif : ajurkan individu untuk berhenti merokok.
      Setiap pasien yang diperbolehakan berbaring secara pasif di tempat tidur dalam waktu yang lama yang secara relatif imobil dan bernafas dangkal berisiko terhadap bronkopneumonia. Tinadakan preventif : sering mengubah posisi.
      Setiap individu yang mengalami depresi reflek batuk (karna medikasi, keadaan yang melemahkan atau otot-otot pernafasan lemah), telah mengaspirasi benda asing ke dalam paru-paru selama periode tidak sadar (cedera kepala,anestesia), atau mempunyai mekanisme menelan abnormal adalah mereka  yang hampir pasti mengalami bronkopneumonia. Tindakan preventif : penghisan trakeobronkial, sering mengubah posisi, bijakan dalam memberikan obat-obat yang meningkatkan resiko aspirasi dan terafi fisik dada.
     Setiap pasien yang dirawat dengan regimen NPO (dipuasakan) atau mereka yang mendapat antibiotik mengalami peningkatan kolonisasi organisme faring dan berisiko. Tindakan preventif : tingakan higiene oral yang teratur.
     Individu yang sering mengalami intoksikasi terutama rentan terhadap pneumonia, karna alkohol menekan reflek-reflek tubuh, mobolisasi sel darah putih dan gerakan siliaris trakeaobronkial. Tindakan preventif : bikan dorong kepada individu untuk mengurangi masukan alkohol.
         Setiap individu yang menerima sedatif atau opioid dapat mengalami pernafasan, ynga mencetuskan pengumpulan sekresi bronkial dan selanjutnya mengalami pneumonia. Tindakan preventif : observasi fekuensi pernapasan dan ke dalam pernafasan sebelum memberikan. Jika tampak depresi pernapasan, tunds pemberian obat dan laporkan masalah ini.
         Pasien yang tidak sadar atau mempunyai reflek batuk dan menelan buruk adlah mereka yang berisiko terhadap pneumonoia akibat penumpukan seksesi atau aspirasi. Tindakan preventif : sering melakukan .
         Individu lansia terutama mereka yang rentan pneumonia karna refleksi batuk. Pneumonia paskaoperatif seharusnyadapat diperkirakan terjadi pada lansia. Tndakan prepentif : sering mobolisasi, dan batuk efekif dan latihan pernapasan
         Setiap orang meneriama pengobatan terapi pernasapan dapat mengalami pneumonia jika peralatan tersebit tidak dibersikan dengan  tepat. Tindakan preventif : pastiakn bahwa peralatan pernapasan telah di bersikan dengan tepat. (Suzanne C. Smeltzer,dkk , Hal 573)
  


2.2.1 Konsep Dasar ASKEP
2.2.1.1. Pengkajian
1. Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang meliputi: nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal pengkajian.
           2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasaan klein untuk meminta pertolongan kesehatan adalah Sesak  napas, batuk berdahak, demam, sakit kepala, nyeri dada dan kelemahan
             3. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Penderita pneumonia menampakkan gejala nyeri, sesak napas, batuk dengan dahak yang kental dan sulit dikeluarkan, badan lemah, ujung jari terasa dingin.
            4. Riwayat Kesehatan Terdahulu (RKD)
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien pernah menderita penyakit sebelumnya seperti : asthma, alergi terhadap makanan, debu, TB dan riwayat merokok.
            5.Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Riwayat adanya penyakit pneumonia pada anggota keluarga yang lain seperti : TB, Asthma, ISPA dan lain-lain.
         6. Data Dasar pengkajian pasien
                 a.Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.

                 b.Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya /GJK kronis
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat

               c.Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia
(malnutrisi), hiperaktif bunyi usus.

              d.Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perubahan mental (bingung, somnolen)

              e.Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia, nyeri dadasubsternal (influenza).
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan).

               f.Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea
Takipnue, dispnenia progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.
            Tanda :
      o   Sputum: merah muda, berkarat atau purulen.
      o   Perkusi: pekak datar area yang konsolidasi.
      o   Premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
      o   Gesekan friksi pleural.
      o   Bunyi nafas menurun tidak ada lagi area yang terlibat, atau napas bronkial.
      o   Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku.

    g. Keamanan
              Gejala : riwayat gangguan sistem imun, misal SLE,AIDS, penggunaan steroid, kemoterapi, institusionalitasi, ketidak mampuan umum, demam. Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan mungkin ada pada kasus rubeola, atau varisela.



     h.  Penyuluhan/pembelajaran
             Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis Pertimbangan DRG menunjukkan rerata lama - lama dirawat 6 – 8 hari Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah. Oksigen mungkin diperlukan, bila ada kondisi pencetus.

    i. Pemeriksaan Penunjang
         1.      Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga menyatakan abses) luas /infiltrasi, empiema (stapilococcos), infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial), atau penyebaran/perluasan infiltrasi nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
        2.      GDA/nadi  oksimetris : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
       3.      Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat diambil  biosi jarum, aspirasi transtrakea,bronkoskofi fiberobtik atau biosi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebeb. Lebih dari satu organise ada : bekteri yang umum meliputi diplococcos pneumonia, stapilococcos, aures A.-hemolik strepcoccos, hemophlus influenza : CMV.  Catatan : keluar sekutum tak dapat di identifikasikan semua organisme yang ada. Kultur darah dapat menunjukan bakteremia semtara
        4.      JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
        5.      Pemeriksaan serologi: mis, titer virus atau legionella,aglutinin dingin. membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
        6.      Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain. Mungkin terjadi perembesan (hipoksemia)
       7.      Elektrolit : Natrium dan Klorida mungkin rendah
       8.      Bilirubin : Mungkin meningkat.
  9.      Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka : dapat menyatakan jaringan intra nuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMP ; kareteristik sel rekayasa (rubela) )
(Marlyn E. Dongoes, 1999, ASKEP, Hal 164-174)


2.2.1.2  Penatalaksaan umum
 yang dapat di lakukan antara lain :

-  Oksigen 1-2 L/menit
-  IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3:1,+ KCL 10 mEq/500 ml cairan.jumlah cairan sesuai berat badan,kenaikan suhu,dan status hidrasi.
- jika sesak tidak terlalu berat,dapat di mulai makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
-  jika sekresi lendir berlebihan dapat di berikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Penatalaksanaan Pneumonia bergantung pada penyebab,antibiotik di berikan sesuai hasil kultur
Untuk kasus Pneumonia community based :
-    Amppicilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
-    Kloramfenikol 75 mg/kg BB / hari dalam 4 kali pemberian.
Untuk kasus Pneumonia hospital based :
-    sefotaksim 100 mg/kg BB / hari dalam 2 kali pemberian.
-    Amikasin 10-15 mg / kg BB / hari dalam 2 kali pemberian.

2.2.1.3 Masalah Keperawatan yang Lazim muncul ( Nanda 2015 )
1.Ketidak efektifan bersihan jalan napas b.d Inflamasi dan Obstruksi jalan nafas
2.Ketidak efektifan pola napas
3.Kekurangan volume cairan b.d intake oral tidak edekuat,takipneu,demam
4.Intoleransi aktifitas b.d isolasi respiratory
5.Defisiensi pengetahuan b.d perawatan anak pulang


2.2.1.4  Asuhan Keperawatan (Nanda nic-noc,2005)

No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
1.
Ketidak efektifan bersihan jalan napas
Definisi : ketidak mampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluaran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas
Batasan Karakteristik :
·         suara napas tambahan
·         perubahan frekuensi npas
·         perubahan irama napas
·         sianosis
·         penurunan bunyi napas
·         dipsneu
·         sputum dalam jumlah yang berlebihan
·         batuk yang tidak efektif
NOC
Respiratory Status : Ventilation
Respiratory Status : Airway Patency

Kriteria Hasil :
v  Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,mampu bernafas dengajn mudah,tidak ada pursed lips)
v  Menunjukan jalan nafas yang paten ( kklien tidak merasa tercekik,irama nafas,frekuensi pernafasan dalam rentang normal,tidak ada suara nafas yang abnormal)
v  Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas
NIC
Airway suction
-          Pastikan kebutuhan oral/tracheal suctioning
-          Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
-          Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning.
-          Minta klien nafas dalam sebelum suction di lakukan.
-          Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
-          Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan
-          Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter di keluarkan dari nasotrakeal
-          Monitor status oksigen pasien
-          Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suction
Airway management

-          Buka jalan nafas,gunakan teknik chin lift atau jaw trust bila perlu
-          Posisikan pasien untuk memaksimalkan Ventilasi
-          Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
-          Pasang mayo bila perlu
-          Lakukan fisioterapi dada jika perlu
-          Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
-          Auskultasi suara nafas,catat adanya suara nafas tambahn
-          Lakukan suction pada mayo
-          Berikan bronkkodilator bila perlu
-          Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab
-          Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
-          Monitor respirasi dan status O2.
2.
Ketidak efektifan pola napas
Definisi : Inpirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi

Batasan Karakteristik :
·         Perubahan kedalaman napas
·         Perubahan ekskursi dada
·         Mengambil posisi tiga titik
·         Bradipneu
·         Pernafasan cuping hidung
·         Fase ekpirasi memanjang

Faktor yang berhubungan :

·         Ansietas
·         Hiperventilasi
NOC
·         Respiratory status : Ventilation
·         Respiratory status : Air way patency
·         Vital sign status

Kriteria hasil :

v  Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,tidak ada sianosis dan dyspnea ( mampu mengeluarkan sputum,mampu bernafas dengan mudah,tidak ada pursed lips)
v  Menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik,irama nafas,frekkuensi pernafasan dalam rentang normal,tidak ada suara nafas abnormal)
v  Tanda tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah,nadi,pernafasan )
NIC
Airway management
Airway management

-          Buka jalan nafas,gunakan teknik chin lift atau jaw trust bila perlu
-          Posisikan pasien untuk memaksimalkan Ventilasi
-          Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
-          Pasang mayo bila perlu
-          Lakukan fisioterapi dada jika perlu
-          Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
-          Auskultasi suara nafas,catat adanya suara nafas tambahn
-          Lakukan suction pada mayo
-          Berikan bronkkodilator bila perlu
-          Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab
-          Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi
dan status O2.
Oxygen Therapy
-          Bersihkan mulut,hidung dan secret trakea
-          Pertahankan jalan napas yang paten
-          Atur peralatan oksigenasi
-          Monitor aliran oksigen
-          Perhatikan posisis pasien
-          Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
-          Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

Vital sign monitor :
-          Monitor TD,Suhu,Nadi dan RR
-          Catat adanya fluktuasi tekanan darah
-          Monitor vital sign saat pasien berbaring,duduk atau berdiri
-          Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
-          Monitor TD,nadi,RR,sebelum,selama dan setelah aktivitas
-          Monitor kualitas dari nadi
-          Monitor frekuensi dan irama pernafasan
-          Monitor suara paru
-          Monitor pola pernafasan abnormal
-          Monitor suhu,warna,dan kelembaban kulit.
-          Monitor sianosis perifer
-          Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,bradikardi,peningkatan sistolik)
-          Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

3.
Kekurangan volume cairan
Definisi  : penurunan cairan vaskuler,interestial,dan/intraseluler.ini mengacu pada dehidrasi,kehilangan cairan saa tanpa perubahan pada natrium
Batasan karakteristik :
·         Peningkatan suhu tubuh
·         Peningkatan frekuensi nadi
·         Penurunan tekanan nadi
NOC
v  Fluid belance
v  Hydration
v  Nutritional status :food and
v  Fluid intake
Kriteria hasil :
v  Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB,BJ urine normal,HT normal
v  Tekanan darah,nadi,suhu tubuh dalam batas normal
v  Tidak ada tanda tanda dehidrasi,elasisitas turgor kulit baik,membrane mukosa lembab,tidak ada rasa haus yang berlebihan.
NIC
-          Timbang popok atau pembalut jika di perlukan
-          Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
-          Monitor status hidrasi ( kelembaban membrane mukosa,nadi edekuat,tekanan darah ortostatik ) jika di perlukan
-          Monitor vital sign
-          Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
-          Kolaborasikan pemberian cairan IV
-          Monitor status nutrisi.
-          Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
-          Kolaborasi dengan dokter
Hypovolemia management
-          Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
-          Pelihara IV line
-          Monitor tingkat Hb dan hematocrit
-          Monitor tanda vital



BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:
           1.    Pneumonia lobaris
           2.    Pneumonia interstisial (bronkiolitis)
           3.    Bronkopneumonia.
Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas bagian bawah yang terbanyak kasusnya didapatkan di praktek-praktek dokter atau rumah sakit dan sering menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit saluran nafas bawah yang menyerang anak-anak dan balita hampir di seluruh dunia. Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada bayi kurang dari 2 bulan, oleh karena itu pengobatan penderita pneumonia dapat menurunkan angka kematian anak.

B.     Saran
Disarankan kepada penderita pneumonia untuk menghindari faktor pencetus dan resiko yang bisa mengakibatkan penyakit bertambah parah. Penderita pneumonia disarankan untuk menghindari merokok, tidak meminum minuman yang mengandung alkohol, dan menerapkan pola hidup sehat




DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. EGC : Jakarta.
Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Vol. 1, EGC, Jakarta.
Doenges, Marilynn, E. dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC, Jakarta
Jeremy, dkk. 2005. At a Glance Sistem Respirasi, Edisi 2. Erlangga : Jakarta
Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine. 2005. Patofisiologi Jilid 2, Edisi 4. EGC : Jakarta.
Soeparman, dkk. 1998. Ilmu Penyakit Dalam jilid II. FKUI : Jakarta
Nurarif Huda Amin,Kusuma Hardhi.2016.Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 2,Edisi 2.Media Action : Jogyakarta.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

ETNOGRAFI PAPUA mengenal Suku Mbaham-Matta ( Fakfak,Papua Barat )

1.SISTEM BAHASA  : Fakfak adalah salah satu kabupaten tertua yang ada di propinsi papua barat.mengenal system bahasa yang ada di kabupaten fakfak,fakfak sendiri terdiri dari dua suku besar yaitu suku Mbaham dan suku Matta begitu juga dengan bahasa,suku fak fak sendiri menggunakan dua bahasa yaitu bahasa yang di gunakan oleh suku Mbaham ( bahasa Mbaham ) dan suku MAtta (menggunakan bahasa IHA ) namun di samping kedua suku besar tersebut terdapat juga suku-suku kecil dengan bahasa mereka sendiri.kebanyakan mereka suku-suku kecil tersebut mereka yang mendiami daerah pesisir kabupaten fakfak,perbedaan bahasa oleh suku-suku kecil tersebut dapat terjadi karena pembagian wilayah menurut Petuanan atau Raja – raja.                         Berikut nama petuanan dengan bahasa nya masing-masing  :         ...

Laporan Pendahuluan Angina Pektoris

LAPORAN PENDAHULUAN ANGINA PECTORIS Browse »   Home   »   Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Lengkap   » LAPORAN PENDAHULUAN ANGINA PECTORIS   ANGINA PECTORIS A.       DEFINISI Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi sebagai respon terhadap supalai oksigen yang tidak adequate ke sel-sel miokardium. Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke rahang, atau ke daerah abdomen (Corwin, 2009) Angina pectoris ialah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat serangan dada yang khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu pasien melakukan suatu aktivitas dan segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya (Mansjoer dkk, 2007) Angina pectoris adalah suatu syndrome yang ditandai dengan rasa tidak enak yang berulang di dada dan daerah lain sekitarnya yang berkait...